Bimbingan
Teknis Perencanaan Pembangunan Kawasan Perdesaan Partisipatif dengan ketentuan
sebagai berikut:
Tanggal :
14-16 Maret 2018 :
Tempat : Hotel Swissbell Residences
Kalibata
Pemateri :
Dr. Ir. Sugeng Budiharsono
Hasil
bimbingan teknis sosialisasi tentang pembangunan kawasan perdesaan partisipatif
yang diadakan di lingkungan Direktorat Perencanaan Pembangunan Kawasan
Perdesaan bersama ini kami sampaikan sebagai berikut :
1. Cara pandang Appreciative Inquiry merupakan cara pandang yang melihat kelebihan
yang ada di suatu kawasan untuk kemudian dikembangkan, bukan lagi membangun untuk
menutupi kekurangan kawasan;
2. Cara Pandang ini menilai aset
dengan 8 modal yaitu modal keagamaan, intelektual, manusia, sosial budaya,
sumber daya buatan, sumber daya alam, finansial dan lokasi strategis;
3. Partisipasi dalam proses
demokrasi merupakan bagian yang penting yang harus mendengar suara stakeholder untuk mewujudkan perubahan.
Tahap tertinggi dari partisipasi yaitu dimana masyarakat ikut mengontrol
seluruh proses multistakeholder;
4. Stakeholder adalah
individu, komunitas, kelompok atau organisasi yang berkepentingan terhadap
hasil pembangunan;
5. Analisis stakeholder dilakukan dengan grid
yang menggambarkan hubungan timbal balik antara kekuasaan dan kepentingan;
6. Pembangunan kawasan harus
mengajak seluruh stakeholder kunci
yang berperan sebagai subjek, pemain, dan aktor;
7. Produk Unggulan Kawasan Perdesaan
(prukades) merupakan instrumen dan motor penggerak untuk mempercepat pembangunan
kawasan perdesaan. Ini merupakan kapitalisasi potensi kawasan perdesaan dengan
aktifitas ekonomi dari hulu hingga hilir;
8. Dalam penentuan prukades maka
perlu dilaksanakan telaah komoditi calon prukades dengan 9 kriteria yaitu :
a. Ketersediaan Bahan Baku;
b. Pasar Jangka Panjang dan Pendek;
c. Kesesuaian dengan regulasi;
d. Ketersediaan Sumber Daya Manusia;
e. Pasar Domestik dan Ekspor;
f. Aspek Lingkungan;
g. Ketersediaan Sarana dan Prasarana;
h. Keterlibatan Masyarakat;
i. Lamanya Masyarakat Melakukan
Usaha;
9. Rantai nilai adalah kegiatan di dalam
atau di luar suatu organisasi ataupun produksi;
10. Analisa rantai nilai dilakukan pada kegiatan
utama dan kegiatan pendukung yang membawa keuntungan sehingga tercipta zero waste business;
11. Pada pohon industri rantai nilai harus terjalin
keterpaduan antara nilai horisontal dan vertikal dimana hasil output suatu kegiatan dapat menjadi input bagi kegiatan yang lainnya selain
menghasilkan produk sesuai rantai industrinya sendiri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar